Aku mengenalnya sejak beberapa bulan
yang lalu. Tepat di depan bangunan itu. Bangunan yang nampak megah dengan kubah
yang setia memayunginya. Di masjid itu pula, ia selalu menyerahkan jiwanya pada
sang pemberi kehidupan. Ia selalu nampak khusyuk dengan lantunan kalimat suci
yang nampak begitu lancar, deras mengalir dari bibirnya. Sementara aku, dari
tempat yang berbeda, turut mengaminkan doanya. Sebab aku tahu, ia menyelip doa
untukku. Pasti!
Sejak
hari itu, hari dimana aku mengenalnya, aku kerap memanggilnya kakak. Padahal
kami seumuran. Entah mengapa, aku senang bersahabat dengannya. Setiap sabtu
sore ia selalu berada di masjid itu. Dengan sabar ia menanti siapa saja yang
hendak mampir di lapak buku sederhananya. Entah membeli atau hanya sekadar
membaca-baca saja.
“Kak,
ada buku baru ga ?”
“Banyak…silahkan
dilihat-lihat dulu.”
Disela
aku melihat buku itulah, aku mendapat sentilan kecil yang membuat aku gelisah
memikirkan semua ini.
“Dek,
sepertinya kamu cocok juga ya kalo pake kerudung.”