Senin, 08 April 2013

26 Januari dari Fahmi

Diposting oleh miss_eka di 4/08/2013 06:51:00 AM 0 komentar

            Rani kembali memeluk bingkai itu, erat. Ia masih belum percaya bahwa sosok yang sudah setahun terpajang di dalamnya tak lagi bisa menemani hari-harinya. Semua kenangan yang ditinggalkannya terlalu sulit untuk dilepaskan. Terlebih lagi setiap 26 Januari tiba, ia selalu merasakan rindu menyelimuti sekujur raganya. Baginya, rindu ini semacam sakit tak berpenawar. Begitu sakit, sebab merindukan orang yang tak mungkin kembali hadir di kehidupan. Dan di subuh yang syahdu ini, Rani kembali menengadahkan seluruh jiwanya, memanjatkan doa bagi ia yang telah pergi, sekaligus mengucap syukur atas usianya yang bertambah satu lagi.

26 Januari 2012.
            Rani terdiam nelangsa. Pikiran kalutnya mengalahkan segala semangat yang biasa memenuhi jiwanya. Di sepertiga malam itu, ia tak kuasa menahan kesedihan hingga tetesan air dari matanya jatuh merintik lalu menderas di atas sajadah malamnya.
            “Oh Tuhan, mengapa harus dia yang merasakan? terlalu banyak  pengorbanan yang ia lakukan untukku. Tolong beri hamba kesempatan untuk membahagiakannya lebih lama lagi.”
            Beberapa bulan ini Rani memang sangat hampa. Ia tak tahu lagi harus mengadu kepada siapa selain kepada Allah. Baginya hal ini terlalu cepat. Terlalu dini untuk segera menamatkan kisah bersama orang yang ia sayangi itu. Namun, Rani pun sadar, hal itu sudah menjadi takdir yang terbaik bagi Fahmi, suaminya.
            Rani segera membereskan hatinya yang berantakan. Ia berbalik mengucap syukur masih diberi kesempatan untuk menamatkan kisah ini denga persiapan yang indah. Rani pun sadar, sekarang bukan saatnya menyesali keadaan, sebab semua sudah menjadi takdir bagi perjalanan cinta mereka yang begitu singkat. Ia kini bertekad untuk selalu tegar di hadapan pria yang sudah menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Tak boleh ada air mata untuk akhir yang indah, tekadnya.
            Rani segera menyelesaikan tahajudnya. Ia bergegas kembali ke kamar untuk kembali mengistirahatkan tubuhnya sebelum subuh tiba. Namun, tiba-tiba air matanya tumpah lagi. Bukan karena ia sedih, namun keharuan yang berpadu bahagia tak kuasa mencegah kelenjar air matanya untuk bereaksi keras melaksanakan tugasnya.
            “Selamat ulang tahun Rani. Semoga di usia yang baru ini, kamu bisa lebih tegar dalam menjalani hidup. Berbahagialah selalu dengan segala yang kamu miliki saat ini.”
            Rani terpaku mendengar semua itu. Kata-kata itu begitu deras mengalir dari bibir pria yang ada di hadapannya itu, sederas air mata yang tumpah membasahi wajahnya tepat di hari ulang tahunnya kali ini. Rani tahu betul bagaimana Fahmi tetap mencoba tersenyum di tengah sakit yang menggerogoti tubuhnya. Rambut yang gugur sedikit demi sedikit, mata yang sayu, serta tubuh yang tak lagi tegap berdiri tak membuatnya patah semangat untuk sekadar mengucap selamat pada hari kelahirannya, sebagai tanda betapa ia tak pernah lupa pada usianya yang bertambah satu lagi.

Tayangan halaman minggu lalu

Pengunjung Eka ^_^

 

Mind of eka Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea