Rabu, 30 Juni 2010

Analisis Drama Anting

Diposting oleh miss_eka di 6/30/2010 10:23:00 AM
Nama : Eka Cahyowati

Stambuk : A1D1 08 077

Alamat :Jl. Bunga Duri 2 no 29, Kemaraya-Kendari 93121

Email : eka_cahyowati@yahoo.com

ekacahyowatilucu@yahoo.com

Telp : 085696007037



ANALISIS UNSUR-UNSUR INSTRINSIK PADA DRAMA



Abstrak : Analisis ini merupakan analisis yang mengkaji apa saja unsur instrinsik dalam sebuah drama. Drama Anting merupakan drama yang mengangkat permasalahan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama yang bernama Siti/gadis botak. Drama ini secara umum mengangkat tema tentang kodrat seorang wanita. Dimana dalam drama ini, anting merupakan sebuah lambang seseorang dapat dikatakan sebagai perempuan yang memenuhi kodratnya. Namun, si tokoh Siti tersebut berpendapat lain. Dia ingin memusnahkan semua anting di muka bumi ini, untuk menunjukkan bahwa sebetulnya ada simbol lain yang lebih hakiki dikatakan sebagai kodrat dan simbol keperempuanan. Simbol itu merupakan hal yang sangat berharga dari seorang perempuan, karena nilainya lebih berharga daripada perhiasan yang bertakhtakan emas, berlian maupun intan dan
permata. Simbol itu tak lain adalah kehormatan dan kesucian dari seorang perempuan itu sendiri yang justru kini sudah tak begitu dianggap penting oleh sebagian perempuan. Maka drama ini mencoba mengingatkan betapa pentingnya arti kesucian dari seorang perempuan.



Drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan tikaian/konflik dan emosi lewat lakuan dan dialog. Lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung. Drama dapat juga diartikan sebagai ragam sastra dalam bentuk dialog yang dibuat untuk dipertunjukkan di atas pentas.

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.

Drama dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan bentuk dramatisnya, ada drama tragedi dan komedi. Berdasarkan bentuk sastra cakupannya, ada drama prosa dan drama puisi. Ditinjau dari kuantitas kata cakapannya, dikenal drama mini kata, pantomim, dan drama kata. Berdasarkan penonjolan unsur seninya, ada drama tablo, sendratari, dan opera, sedangkan berdasarkan media pementasannya, terdapat drama televisi, radio, drama pentas, drama baca.

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama. Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. Sedangkan drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

Drama juga dapat dibedakan berdasarkan isi kandungan cerita :

1.Drama Komedi, yaitu drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.

2.Drama Tragedi, yaitu drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.

3.Drama tragedi-komedi, yaitu drama yang ada sedih dan ada lucunya.

4.Opera, yaitu drama yang mengandung musik dan nyanyian.

5.Lelucon/dagelan, yaitu drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.

6.Operet, yaitu opera yang ceritanya lebih pendek.

7.Pantomim, yaitu drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.

8.Tablau, yaitu drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.

9.Passie, yaitu drama yang mengandung unsur agama / relijius.

10.Wayang, yaitu drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

Seperti halnva prosa dan puisi, cerita drama juga dibangun atas unsur ekstrinsik dan intrinsik. Di dalam cerita drama, juga terdapat tema, amanat, karakteristik tokoh, alur, latar cerita, dan dialog. Satu unsur yang tidak ditemukan adalah sudut pandang cerita (point of view), karena drama merupakan seni bertutur langsung. Namun, terkait sifat drama sebagai seni lisan itu, ada perbedaan cara menganalisis unsur intrinsik drama dengan novel atau cerpen. Dalam novel, latar dilukiskan secara verbal oleh pengarang; sedangkan dalam drama, latar divisualisasikan melalui dekorasi panggung dan diperkuat dengan efek-efek tertentu. Dalam prosa, karakterisasi sebagian dilakukan secara analitik oleh pengarang; sedangkan dalam drama, karakterisasi sepenuhnya dilakukan secara dramatik melalui akting pemain, kostum, make up, dan visualisasi latar dalam dekorasi panggung. Dalam prosa, kejelasan unsur-unsur intrinsik ditentukan oleh kemampuan pengarang dalam menarasikan dan mendeskripsikan ceritanya, sedangkan dalam drama tergantung kemampuan para pemain dan kru pendukungnya (penata panggung, penata rias wajah, piƱata busana, penata cahaya dan suara) dalam memahami, menerjemahkan, dan memvisualisasikan ide cerita pengarang seperti yang tertuang dalam skenario/naskah.

Telah dikatakan sebelumnya bahwa di dalam drama juga terdapat unsur-unsur yang membangunnya, yaitu unsur instrinsik dan juga ekstrinsik. Unsur instrinsik dalam drama terdiri atas: tokoh, alur, latar, tema, amanat, bahasa, dialog, dan petunjuk teknis.

Berikut merupakan penjelasan dan sedikit ulasan saya mengenai beberapa unsur tersebut di dalam drama berjudul Anting, karya Imran Laha.

1. Tokoh

Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah sebebanya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik)

Berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni :

1. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat,

2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik,

3. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.

Selain itu, berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam juga, yakni : 1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita, 2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonis, 3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita. Lalu ada pula berdasarkan pengungkapan wataknya, ada tokoh bulat dan tokoh datar.

Masih berkaitan dengan tokoh ini, ada istilah yang lajim digunakan yakni penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama. Sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam drama. Teknik penokohan dilakukan dalam rangka menciptakan citra tokoh cerita yang hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui salah satu 5 teknik di bawah ini.

1. Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang dirinya atau tentang diri orang lain.

2. Lakuan, tindakan,

3. Cakapan, ucapan, ujaran,

4. Kehendak, perasaan, pikiran,

5. Penampilan fisik.

Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita. Tokoh demikian disebut tokoh sentral.

Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik (tikaian) merupakan unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama.

Tokoh cerita dalam drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi:

1. Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi, seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik lainnya.

2. Dimensi psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, temperamen, cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.

3. Dimensi sosiologis, yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial, hobby pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul sosial.

Berdasarkan naskah drama Anting ini tokoh utamanya yaitu bernama Siti, yang juga merupakan tokoh perempuan botak. Karakter Siti adalah seorang perempuan yang ingin membuktikan rasa penasarannya terhadap kodrat wanita yang menurutnya tidak sesuai jalur. Siti pun tak segan-segan menempuh berbagai cara agar ia berhasil mewujudkan keinginannya, yang tak lain adalah ingin memusnahkan anting-anting yang ada di muka bumi ini.

2. Alur

Alur drama adalah rangkaian peristiwa dalam sastra drama yang mempunyai penekanan pada adanya hudungan sebab-akibat, yang berupa jalinan peristiwa. Drama sebagai karya sastra lengkap, umumnya mengandung delapan tahapan alur. Kedelapan tahapan alur itu yaitu: eksposisi atau pemaparan, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, kritis, leraian, dan penyelesaian. Oleh karena itu, untuk memahami drama, kita harus melihatnya secara keseluruhan, tidak bisa hanya membaca sinopsisnya saja.

Dalam drama Anting ini alur cerita yang digunakan dapat dikatakan menggunakan alur campuran. Karena ia tidak berwujud alur maju ataupun alur mundur, namun terkadang kita dibawa pada penceritaan yang telah maju, kemudian kita kembali dibawa kepada penceritaan sebelumnya. Meskipun agak rumit, namun drama ini sukses memberi tampilan atau suasana yang unik dan mengandung dramatik. Hal ini salah satunya akibat pengaluran yang menurut saya tidak digambarkan secara langsung dan mengalir secara maju terus-menerus, melainkan penonton dibiarkan mengetahui kejadian di masa depan lebih dahulu kemudian penonton dibawa untuk mengetahui kejadian sebelumnya. Jadi, penonton akan terpengaruh untuk terus penasaran apa yang terjadi sebelumnya dan apa pula yang akan terjadi selanjutnya.

Salah satu pembuktian tentang alur ini dapat kita lihat pada babak awal drama, dimana di situ menceritakan tentang adegan sex antara seorang wanita dan pria. Setelah itu cerita langsung melompat ke bagian pada saat sang lelaki tersebut sedang melihat adegannya tersebut tersebar di dunia maya. Namun, pada dialognya sang lelaki yang ternyata adalah tokoh Pria Mohawk, di situ ia mengatakan bahwa wanita yang bersamanya itu sudah meninggal. Disini terdapat lompatan peristiwa yang belum diceritakan. Dan ternyata wanita tersebut tak lain adalah gadis botak yang bernama Siti. Lalu cerita kembali lagi pada saat suasana belajar di kelas. Di situ, sedang mengajar seorang guru tentang kodrat wanita. Di situlah baru dikisahkan mengapa Siti tak menyukai anting. Di situ pula ia berdebat dengan seorang pria yang meragukan keperempuanan Siti. Lalu Siti membuktikan dengan melakukan hubungan sex. Sehingga terjadilah adean sex di kamar 501 yang telah dikisahkan sebelumnya. Pada adegan-adegan selanjutnya pun demikian, hingga diceritakan kisah Siti kecil yang justru ditempatkan pada bagian-bagian akhir cerita.



3. Latar

Latar adalah segala sesuatu yang mengacu kepada keterangan mengenai waktu, ruang, serta suasana peristiwanya. Latar pada drama dalam pementasan biasanya dibuat panggung yang dihiasi dengan dekorasi, seni lukis, tata panggung, seni patung, tata cahaya, dan tata suara.

Di dalam drama ini, berbagai latar yang digunakan. Untuk latar waktu misalnya ada waktu yang menunjukkan malam, dimana ketika tokoh perempuan dan laki-laki melakukan hubungan seks di sebuah kamar losmen sederhana yang bernomor 501. kemudian ada juga latar siang hari, ketika Siti dan teman-temannya sedang mengikuti pelajaran di sekolah. kemudian untuk latar tempat sendiri, ada di beberapa tempat yaitu, di sebuah kamar losmen nomor 501, kemudian di sekolah, dan juga di pasar. Selain itu ada juga latar di sebuah jalan ketika ada seorang nenek yang menemukan Siti kecil ketika di buang oleh ibunya. Lalu ada juga tempat Siti kecil dan orang tuanya tinggal.

4. Tema

Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dalam cerira.



Drama Anting karya Imran Laha merupakan sebuah drama yang bercerita tentang kisah seorang gadis bernama Siti yang dalam perjalanannya ingin memusnahkan anting. Ia ingin membuktikan bahwa anting adalah sebuah benda yang tak begitu penting. Menurutnya para perempuan terlalu terikat pada kodrat perempuan yang mengedepankan etika. Seorang makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yang disebut perempuan sejak awal telah diciptakan untuk memakai anting. Telinga mereka sudah ditindik sejak kecil agar anting tersebut dapat terpasang di telinga para anak perempuan itu. Namun, menurut tokoh dalam drama ini, bahwa anting itu sebuah benda yang tidaklah berguna. Ia ingin membuktikan bahwa ada hal lain yang lebih penting daripada sebuah anting. Oleh karena itu ia melakukan berbagai cara untuk membuktikan hal tersebut, walaupun pada akhirnya ia harus meninggal dalam keadaan tak memakai anting bahkan tak bertelinga lagi.



5. Amanat

Amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.

Amanat juga merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.

Amanat dalam drama Anting ini adalah ingin menyampaikan kepada penonton bahwa Anting yang selama ini dianggap sebagai lambang atau simbol keperempuanan tidak lebih hanyalah sebagai perhiasan duniawi yang hanya dijadikan sebagai asesoris yang justru dapat mendatangkan bencana. Perempuan menganggap dirinya akan menjadi cantik dengan segala perhiasan duniawinya itu. Padahal kecantikan itu hanyalah semu, karena banyak yang tersesat ke dalam jurang kemaksiatan. Drama ini menyampaikan bahwa hakikat keperempuanan yang sesungguhnya adalah kehormatannya sendiri. Jadi, apabila kita dapat menjaga kehormatan kita itulah sesungguhnya nilai dan kehormatan kita sebagai seorang perempuan. Jadi jagalah kehormatan dan kesucian kita agar kita tetap sebagai perempuan yang sejati.

6. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style). Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan. Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.

Dalam drama ini bahasa yang digunakan adalah bahasa yang lazim dugunakan untuk percakapan secara Indonesia. Di dalamnya tidak terdapat dialeg atau ungkapan-ungkapan yang menunjukkan ciri kedaerahan, mungkin karena pengaruh drama yang bersifat nasional, dengan maksud ingin menempatkan drama pada seluruh bagian di wilayah Indonesia. Namun, penggunaan bahasa drama ini tidak sesuai kaidah kebahasaan, karena apabila kita perhatikan banyak kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang dilihat dari sisi sintaksisnya. Namun, agar dapat lebih efektif dan komunikatif itulah, maka digunakan bahasa yang sesuai bahasa sehari-hari agar lebih mudah dipahami dan tidak terkesan kaku dan terlalu resmi.

7. Dialog

Dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Pada drama ini, dialog yang digunakan adalah dialog yang realistik, artinya dia menghadirkan secara langsung maksud dari percakapannya. Kalau bahasa yang secara tidak realistik, misalnya simbolik berarti disampaikan secara melalui pengungkapan-pengungkapan yang kemudian diartikan dalam bentuk lain, namun pada inti yang sama. Lalu diksi dialog juga disesuaikan dengan karekter tokoh cerita.

8. Petunjuk Teknis

Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar properti yang harus disiapkan. Pada drama ini juga terdapat petunjuk teknis, dimana di setiap pergantian latar atau alur, dijelaskan tentang situasi panggung yang menjadi gelap dan kemudian menjadi terang.

Biografi Penulis :

Eka Cahyowati lahir di Kendari, 26 Januari 1990. Sulung dari tiga bersaudara ini merupakan putri pasangan K.Sugianto(Alm) dan Estin, yang berdarah campuran antara Jawa dan Buton. Ayahnya berdarah Jawa asli sedangkan ibunya kelahiran Ereke, kabupaten Buton Utara. Masa kecilnya ia habiskan di berbagai daerah karena mengikuti kepindahan orangtuanya. Ia pernah menempuh SD di SDN 06 Petang Jakarta Barat, SD Niaga Ekasari, Jakarta Selatan, kemudian menamatkan SD nya di SDN 2 Kemaraya, Kendari. Sedangkan SMP nya di SMPN 1 Kendari dan SMP WH 8 Waru, Sidoarjo. Kemudian melanjutkan SMA di SMAN 1 Porong, Sidoarjo dan menamatkannya di SMAN 1 Kulisusu, Buton Utara. Sehari-hari ia gemar memasak dan juga senang menulis berbagai hal dalam hidupnya ke dalam sebuah situs pribadi miliknya yaitu dalam sebuah blog yang bisa anda lihat di situs http: //eka-on-dyariez.blogspot.com.

















0 komentar:

Tayangan halaman minggu lalu

Pengunjung Eka ^_^

 

Mind of eka Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea