Rabu, 30 Juni 2010

Diposting oleh miss_eka di 6/30/2010 10:12:00 AM
KETIKA CINTA TAK SEMPAT TERUCAP

Note : cerpen ini adalah cerpen pd tgs Menulis Kreatif,, merupakan hasil masukan dari temen ku yg namanya Riri..hehhe...



Ya…pagi dunia….!! Sapa Rika pada dunia pagi itu. Hatinya begitu riang mendapati pagi yang masih sedia datang pada kehidupan. Dengan embun yang masih membasahi dedaunan, dengan sinar mentari pagi yang masih membawa kehangatan, serta dengan kicauan burung yang masih setia ikut meramaikan kesegaran pagi. Pagi ini, Rika pun tengah bergegas menuju ke kampus. Seperti biasa di setiap senin pagi, mata kuliah statistik selalu membuatnya untuk bergegas berangkat ke kampusnya tercinta. Pagi ini kuliah akan dimulai pada pukul 07.00 pagi. Jadi mau tak mau ia pun harus bersaing dengan anak sekolahan untuk berebut tempat duduk di mobil angkot.

Pukul 06.56, waktu yang terlihat di jam tangan Rika. Ia tiba di kampus sebelum jam perkuliahan dimulai. Rika adalah gadis yang dikenal rajin. Bukan hanya rajin namun ia pun pandai. Berbagai hal yang dapat ia lakukan, baik itu di bidang akademik maupun kegiatan eksternal kampus. Parasnya yang manis berpadu dengan kulit putih bersih dan rambut ikal sebahu kemudian ditunjang dengan tinggi 165 cm, menjadikan Rika dikagumi kaum adam. Namun, Rika bukan anak yang suka bergaul, ia seperti menutup diri terhadap teman-temannya. Hanya ada satu sosok sahabat yang setia menjadi temannya. Ia adalah Mita, yang sudah kenal dengan Rika sedari kecil, jadi banyak hal tentang Rika yang ia ketahui.

Mita selalu dan selalu tanpa hentinya memberitahu Rika agar tak melakukan kebiasaannya sejak beberapa bulan belakangan ini.

”Rik, udah lah. Kamu gak usah bawa-bawa barang itu ke kampus. Apalagi menyimpan benda itu di dalam tas kamu. Lihat gak reaksi Gilang tadi. Dia tuh curiga banget sama isi tas kamu.”

”Ah, gak penting Mit. Bagiku, yang terpenting adalah benda ini. Benda ini gak boleh sampai hilang atau rusak karena aku lalai gak menjaganya sedetik pun. Kalo aku gak bawa kemana-mana, terus tiba-tiba di rumah ada yang gak sengaja merusak atau bahkan menghilangkan? Aku pasti bakal nyesal seumur hidup Mit!!”

“Ya udah deh. Kalo itu mau kamu, terserah. Tapi aku cuma mau ngingetin aja. Karena anak-anak bakal ngira kamu tuh aneh Rik. Apalagi sejak peristiwa itu.”

”Ssstt...udah Mit. Gak usah dibahas lagi. Aku lagi gak mau bersedih.”

Pada siang hari, tanpa sengaja Rika menggeletakan tasnya diatas kursinya. Ia terburu-buru pergi ke tempat fotokopi sehingga lupa membawanya ketika sedang keluar kelas tadi. Gilang teman sekelas Rika yang sangat penasaran dengan isi tas Rika berniat membuka tas tersebut. Ia berpikir inilah kesempatan untuk memecahka segala rasa penasaran tentang isi tas Rika selama ini yang selalu digenggamnya erat-erat ketika ada seseorang yang coba mendekatinya. Namun, tiba-tiba Rika muncul. Ia melihat Gilang yang akan membuka tasnya. Dengan marah, Rika menampar pipi Gilang. Ia amat marah melihat kejadian itu. Ia marah dan berlari meninggalkan kelas. Sejak saat itu Rika tak pernah muncul lagi. Gilang pun merasa menyesal karena telah membuat Rika marah hingga akibatnya separah ini. Sudah hari ketiga Rika tak menampakkan dirinya di kampus. Gilang sangat merasa bersalah. Ia ingin meminta maaf kepada Rika karena telah lancang ingin mengetahui isi tas Rika.

Belakangan tersiar kabar bahwa Rika menghilang. Orangtuanya pun tak tahu keberadaan anaknya. Mendengar kabar tersebut Gilang semakin merasa bersalah. Pasti karena kejadian waktu itu sehingga Rika menghilang. Ia amat menyesal karena lancang ingin membuka tas Rika. Padahal ia tahu Rika sangat menjaga isi tasnya itu, jangankan untuk melihat secara langsung. Jika ada seseorang yang melihat tas Rika saja, ia akan langsung memegang erat-erat tasnya itu. Gilang pun berusaha mencari Rika kemana-mana. Ia sangat ingin meminta maaf pada Rika. Namun akiba terlalu kelelahan, suatu hari Gilang pingsan tak sadarkan diri di depan sebuah pusat perbelanjaan.

”Aku di mana?” itu kata yang pertama terucap dari mulut Gilang saat siuman. Dihadapannya ada mama dan papanya.

”Tenang sayang, kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan, akibat kecapean lagi sayang.”

”Oh, pasti penyakitku kambuh lagi ya?”

”Jangan bicara seperti itu sayang, kamu pasti akan sembuh. Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk mu sayang.”

”Iya, benar kata mama mu. Istirahat saja nak. Perlahan-lahan kamu pasti akan sembuh. Asal kamu istirahat dan jangan terlau banyak pikiran yang macam-macam.”



Tidak berapa lama kemudian, teman-teman kampus Gilang menjenguknya. Termasuk Mita, sahabat Rika. Gilang pun menanyakan keberadaan Rika pada Mita.

”Mit, gimana Rika? Apa dia udah ketemu?” entahlah Lang. Sampai sekarang Rika belum ketemu. Kita udah cemas banget. Sampai-sampai orangtuanya udah lapor polisi segala.”

”Mit, aku nyesel banget. Pasti gara-gara kecerobohanku, semua ini terjadi.”

”Udah...gak usah merasa bersalah gitu. Rika juga keterlaluan, masa Cuma gara-gara benda itu aja, dia jadi aneh. Sampe gak boleh ada yang nyentuh tasnya sedikitpun. Eh, tapi tumben banget kamu memikirkan Rika seperti itu? Jangan-jangan.....” Mita tak melanjutkan omongannya.

”Ia Mit. Aku khawatir banget sama Rika. Aku penasaran aja apa yang selama ini dia sembunyikan di dalam tasnya itu. Mit, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu. Kayaknya sudah saatnya aku bilang sama kamu. Karena hanya satu-satunya orang yang aku lihat dekat sama dia.”

”Ngomong apa Lang?”

”Pertama, aku mau minta maaf sama Rika. Tolong sampaikan maafku sama Rika ya.”

”Aduh,.. Gilang kamu kok ngomong gitu. Kayak gak bakal ketemu lagi sama Rika. Tenang aja, gak lama lagi Rika pasti ketemu.”

”Bukan masalah itu Mit. Aku takut kalau belum bilang sekarang aku gak akan pernah sempat mengatakannya. Kalau begini walaupun aku gak bilang langsung dihadapannya, setidaknya ada kamu yang akan menyampaikannya. Waktuku udah gak banyak Mit.”

”Gilang, jangan ngomong begitu dong. Kamu pasti sembuh kok.”

“Gak Mit. Aku udah gak lama lgi berada di sini. Aku mau kamu sampaikan maaf ku sama Rika ya. Aku nyesel banget Mit. Oh, ya satu lagi, aku mau bilang kalo aku selama ini sayang banget sama dia. Aku udah berusaha deketin dia, tapi sepertinya dia gak seneng sama sikapku itu. Dia seolah-olah takut sama aku. Padahal aku juga gak tau kenapa dia bisa gitu. Setiap aku deketin dia, dia pasti langsung memeluk tasnya erat-erat dan langsung pergi menghindar dariku.”

”Oh, kamu salah Gilang. Sebenarnya dia gak takut sama kamu. Cuma dia emang agak sensitif kalo menyangkut tentang benda yang ada di dalam tasnya itu. Semua itu terjadi lima bulan yang lalu. Ketika itu cowok Rika yang bernama Rio mengalami kecelakaan akibat ikutan balapan liar di Bandung. Sebelum meninggal ia memberikan sebuah boneka yang menjadi peninggalan terakhir dari Rio untuk Rika. Makanya Rika gak mau kalo barang itu hilang atau rusak. Makanya ia jadi pendiam sejak kehilangan Rio ketika itu. Dan Rika menjadi kurang suka bergaul dengan teman-teman yang lain. Rika sangat merasa kehilangan sosok Rio. Ia sempat stress karena ditinggal Rio secepat itu.”

Selesai berkata demikian Gilang langsung merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Mita pun panik melihatnya. Segera ia memanggil orangtua Gilang dan juga dokter. Namun, sepertinya nyawa Gilang tak tertolong lagi. Peradangan otak yang sudah dideritanya sejak kecil, membuat hidupnya berakhir pada hari itu juga. Gilang tak tertolong lagi.

Beberapa hari kemudian Rika akhirnya berhasil ditemukan. Ternyata selama ini ia berada di puncak untuk menenangkan dirinya. Rika sempat mengunjungi rumah Rio di Bandung. Ia sangat kangen dengan kekasihnya yang telah tiada itu. Setelah kembali ke rumah, Rika pun menemui Mita sahabatnya. Dan Mita pun menceritakan semua kejadian yang terjadi selama ia menghilang.

”Jadi, Gilang udah meninggal...??!!”

”Ia Rik. Dia meninggal akibat peradangan otak yang dideritanya sejak kecil. Kata dokter ia kecapean, oleh karena itu proses peradangan di otaknya semakin cepat terjadi hingga menyebabkan kematian Rik.”

”Ini pasti gara-gara ia capek mencari aku. Aku nyesal Mit. Harusnya aku gak usah terlalu gitu sama dia. Aku tahu dia hanya penasaran dengan isi tas aku. Karena selama ini aku memang sangat merahasiakannya dan gak mau isi tas tersebut disentuh orang lain. Aku nyesal Mit, harusnya aku bisa menjelaskan sama dia secara baik-baik Mit.” Rika mengatakannya sambil berlinangan air mata.

”Udah Rik, kamu jangan nyesal ini bukan salah kamu. Ini udah takdir Tuhan. Ini pasti yang terbaik buat Gilang, agar dia tak perlu menderita lebih lama lagi akibat penyakitnya.”

Mita tetap menghibu sahabatnya agar tak bersedih lebih lama lagi.

”Eh, masih ada satu hal lagi yang kamu harus tahiu. Gilang juga sempat bilang kalau dia sayang sama kamu. Makanya dia khawatir banget waktu kamu menghilang. Tapi selama ini dia mengira bahwa kamu takut dan gak senang dengan kehadirannya di dekat kamu Rik. Makanya kamu gak boleh terlalu menutup diri sama orang lain. Kamu juga harus mengikhlaskan kepergian Rio. Bagaimanapun juga itu adalah takdir Tuhan. Jadi semua itu bukan salah kamu. Begitu juga dengan kepergian Gilang ini. Kamu gak perlu terlalu merasa bersalah Rik. Jangan sampai karena kejadian ini membuat kamu semakin terpuruk dan semakin menutup diri dari orang lain. Ikhlaskan semua ini Rik. Dibalik ini pasti akan ada hikmah yang dapat kita ambil.”

Seketika itu Rika pun menyadari atas kesalahannya selama ini. Ia pun menyesal terlalu nerlarut-larut dalam kesedihan akibat ditinggal Rio. Baginya sekarang hidup harus berjalan. Tanpa beban dan tanpa penyesalan. Kini Rika mengunjungi makan Gilang. Bersama Mita mereka berdua berdoa di atas pusara Gilang. Sebelum pulang, ia mengeluarkan sebuah boneka yang selama ini amat dijaganya.

”Gilang, aku tahu ini terlambat. Selama ini kamu begitu ingin mengetahui benda ini. Aku menyesal Gilang karena telah membuat kamu penasaran. Kini aku sadar bahwa semua ini hanya kenangan yang tak baik kita terlalu berlarut-larut menyesalinya. Kini benda ini aku berikan untukmu. Semoga kamu bisa menemukan jawaban atas semua rasa penasaranmu selama ini. Maafkan aku Gilang yang tak sempat mendengar kata cinta darimu. Tapi aku yakin kamu pasti lebih bahagia di sana. Makasih Gilang, kini aku sadar bahwa hidup hari ini harus dijalani tanpa ada penyesalan akibat kejadian di hari kemarin.”

Sejak saat itu Rika kembali menemukan keceriannya. Tanpa Rio maupun gilang di sisinya. Namun, semangat yang diberikan keduanya tetap tersimpan di hati Rika. Baginya Rio akan selalu tersimpan dalam memorinya, walau tanpa boneka pemberian terakhirnya. Begitupun kepada Gilang, yang akan selalu Rika kenang sebagai pembangkit dari segala keterpurukannya. Baginya Gilang menyimpan kenangan manis. Gilang memberikan semangat di hati Rika untuk terus menjalani hidup.Dengan cintanya Gilang mengembalikan semangat Rika untuk terus maju. Ya, dengan cinta Gilang walaupun cinta itu tak sempat terucap langsung untuknya, karena cinta itu telah pergi di keabadian.

0 komentar:

Tayangan halaman minggu lalu

Pengunjung Eka ^_^

 

Mind of eka Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea