: Juara I Lomba Cerpen, Bastra Cup 2011 :
Dalam diam ini…..
Aku bernyanyi…..
Diantara jutaan pasang mata
Aku bagai seonggok sampah yang tak berarti
Di sini, di dalam ruang bertulis III A, semua cerita tentangku terjadi
Ingatkah kalian di sana ada seorang anak perempuan,
Yang entah mengapa sangat kalian benci..???
Apakah aku hanya dianggap kuman yang mengotori kelas ini?
Maka aku akan dan terus hinggap di otak dan jiwa kalian..
Mungkin kalian ingin aku pergi. Oke aku akan pergi.!!
Tapi kepergianku akan selalu kalian ingat, bahkan mungkin menghantui. Sehingga kalian tidak akan pernah lupa, ada seorang anak yang bernama: Januari.
Kendari, 10 November 2010
Itulah tulisan tangan Januari dalam sepucuk surat di saku baju yang ia kenakan pada tubuhnya yang sudah kaku. Januari, gadis malang yang sepanjang hidupnya kerap dikucilkan oleh teman-teman sekitarnya. Ia ditemukan tewas, tak bernyawa lagi di dalam kelas sekolahnya sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Dan bisa ditebak kejadian ini menggemparkan seisi sekolah, bahkan meyebar luas di kalangan masyarakat sekitar TKP.
Aku tak banyak mengetahui tentangnya. Dimataku, ia anak yang pendiam, yang memang agak aneh. Di kelas ia suka melamun, terkadang tertawa atau cemberut seorang diri. Pernah aku mencoba untuk menyapanya, namun ia hanya menganggapku angin lalu. Ya, sejak saat itu, aku pun tak pernah lagi menegurnya. Ia memang anak yang aneh. Ia seperti hidup sendiri dalam dunia pribadinya. Menurut cerita teman-teman, ia menjadi seperti itu lantaran orang tuanya yang bercerai. Ia menjadi stress dan suka menyendiri. Januari adalah murid baru di sekolah kami. Kabarnya ia pindah karena tak ada lagi anak yang mau menjadi temannya di sekolahnya terdahulu.
“Eh tau gak. Si Janu itu pindah lantaran gak tahan sama teman-temannya” Lala sahabatku membuka percakapan tentang Januari, ketika ia baru bergabung ke sekolah kami.
“Ah tau dari mana?”
“Dia itu teman sekelas sepupuku. Dia stress gara-gara perceraian kedua orang tuanya”.
Hm…kasihan juga mendengarnya. Tapi bagaimana lagi, dia juga seperti tidak mau membuka diri dengan orang lain.
Sore itu, dimana hari ia ditemukan tewas di kelas, ia pulang paling terakhir. Kebetulan aku dan beberapa teman mendapat tugas piket. Karena ingin membersihkan kelas, aku pun menyuruhnya segera pulang.
“Janu, kamu pulang aja. Kita mau bersihin kelas nih.”
Namun, dia tetap tak bergeming walau sudah kutegaskan beberapa kali. Entah apa yang ia kerjakan. Yang kulihat ia sedang menggambar orang yang ia beri nama mama,papa, dan Janu. Ukhhh,,,dasar..!!!
***